Teringat masa kecilku
Hampir setiap malam di ruang tamu
Ayah berdansa bersama ibu
Dan kemudian berdansa denganku
Dia akan mengangkat tubuhku kemudian diajaknya aku berputar-putar
Hingga aku tertidur dalam gendongannya
Dalam tidurku bisa kurasakan betapa kokoh lengannya ketika menggendongku meniti tangga satu per satu menuju kamarku di lantai dua
Aku yang masih sangat polos waktu itu
Aku yang merasa sangat dicintai kala itu
Tuhan, jika aku punya satu kesempatan lagi dalam hidupku
Maka tak akan kusiakan kesempatan itu
Aku hanya ingin mengulang kenangan bersama ayah
Ketika kami berdansa di malam yang hampir mencapai puncak
Maka aku akan memilih satu lagu yang tak kan pernah berakhir
Ya, aku tak ingin tarian ini berakhir
Sungguh tak ingin
Tuhan, tidak kah kau lihat air mata ibuku?
Air mata kerinduan
Air mata kehilangan
Air mata pilu
Tangisan pilu yang tak sengaja kudengar dari balik pintu itu
Betapa dia ingin satu-satunya orang yang dicintainya kembali
Betapa dia ingin berdansa dengan ayah kembali
Seketika itu pula aku berdoa Berdoa pada-Mu
Berdoa untuknya, melebihi doa untuk diriku sendiri
Inilah yang selalu kuimpikan, Tuhan
Dalam setiap lelap tidurku
Kuinginkan satu malam lagi bersamanya
Berdansa kembali dengan ayah di tuang tamu itu
Hanya satu malam lagi bersamanya
Dengan lagu yang tak kan pernah berakhir
Dengan tarian yang tak akan pernah berakhir
*ditulis untuk #11projects11days di @nulisbuku, walaupun tidak masuk karena terlambat ngirimnya